BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini penyebaran informasi
tidak hanya terjadi secara langsung (melalui lisan),tetapi juga melalui media
cetak dan media elektronik.Perkembangan zaman ini menuntut masyarakat untuk
cakap dalam membaca, agar mampu menyerap informasi yang dapat mengembangkan
dirinya.
Tanpa memiliki kemampuan membaca
yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian
hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama bagi pengajaran bahasa itu sendiri
juga bagi mata pelajaran lain.
Di sekolah dasar, pembelajaran
membaca tidak hanya dilakukan dengan menggunakan bahan ajar non sastra, tetapi
juga dengan sastra.Anak-anak secara umum menyukai karya sastra, terbukti mereka
suka mendengarkan dongeng-dongeng atau cerita rakyat.Hal ini diharapkan, dengan
membaca sastra dapat menumbuhkan minat baca anak dan mampu mengembangkan
kemampuan berbahasa anak.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas adalam makalah ini yaitu :
1.
Apa
itu membaca ?
2.
Apa
itu sastra anak ?
3.
Apa
tujuan pembelajaran bahasa dan sastra di SD ?
4.
Apa
kaitan membaca dengan sastra ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai barikut:
1. Pengertian dari membaca
2. Pengertian dari sastra anak
3. Tujuan mempelajari bahasa dan sastra
di SD
4. Kaitan dari membaca dengan sastra
BAB II
PEMBAHASAN
A. Membaca
1.Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1979:7).
Membaca pada hakikatnya adalah suatu
kegiatan yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan
tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan
metakognitif (Djuanda, 2008:112).
2. Tujuan Membaca
Secara umum tujuan membaca menurut
Akhadiah (dalam Djuanda, 2008) adalah
sebagai berikut:
a. Salah satu tujuan membaca ialah
untuk mendapatkan informasi. Informasi yang
dimaksud di sini mencakup informasi tentang fakta dan kejadian
sehari-hari sampai informasi tentang teori serta penemuan ilmiah yang
canggih.Tujuan ini terkait dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.
b. Meningkatkan citra diri. Pembaca seperti ini
mungkin membaca penulis kenamaan bukan karena berminat pada karya sastra
tersebut tetapi lebih pada tujuan meningkatkan gengsinya. Kegiatan membaca bagi
orang seperti ini sama sekali bukan merupakan kebiasaan, hanya sesekali saja.
c. Melepaskan diri dari kenyataan. Pada
saat seseorang merasa jenuh, sedih, atau putus asa, mereka berusaha untuk
mencari hiburan. Dengan demikian,
membaca merupakan sublimasi atau penyaluran yang positif. apalagi jika
yang dibacanya bacaan yang bermanfaat.
d. Membaca untuk tujuan rekreatif. Seseorang
membaca untuk tujuan kesenangan atau hiburan.Tentu saja bacaan yang dipilih
untuk tujuan ini bacaan ringan yang disenanginya.
e. Mencari nilai-nilai keindahan atau
pengalaman estetis. Tujuan inilah yang paling tinggi.Biasanya buku-buku yang
dipilih untuk tujuan membaca seperti ini buku yang bernilai sastra.
3. Teknik Membaca
a. Membaca nyaring
Membaca nyaring adalah suatu
aktivitas/kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar
untuk menangkap serta memahami
informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang (Tarigan, 1979)
b. Membaca dalam hati
Membaca dalam hati melibatkan
pengaktifan mata dan ingatan.Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi.
Membaca dalam hati meliputi:
1) Membaca ekstensif, artinya membaca
secara luas, meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang singkat,
2) membaca intensif, adalah studi
schemata, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam
kelas kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari (Tarigan. 1979).
B. Sastra Anak
1. Pengertian Sastra Anak
Pengertian sastra anak sebenarnya
tidak terlalu berbeda dengan sastra orang dewasa.Keduanya sama-sama berada pada
wilayah sastra yang mencakup kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan
wawasan kehidupan, yang berbeda hanya fokusnya saja (Djuanda, 2008:254).
Sebagaimana dinyatakan oleh Stewig
(dalam Supriyadi, 2006) bahwa pengertian sastra anak sulit didefinisikan,
karena sastra anak sabgat bervariasi,
Baik dari segi genre/kategori
(fiksi, biografi, puisi, cerita rakyat, dll.), format, dan
masalah pokok/topic (missal tentang
persahabatan).Sastra orang dewasa juga dapat digunakan sebagai sastra anak
untuk menanamkan moral, kepercayaan agama, dan hal positif lainnya (Supriyadi,
2006).
Seperti halnya sastra orang dewasa,
sastra anak juga sama jenisnya, yakni: prosa (dongeng, cerita bergambar, cerita
pendek, dll.), puisi, dan drama.
2. Manfaat Sastra Anak
Ada beberapa manfaat sastra untuk
anak, diantaranya menimbulkan kesenangan yang berimplikasi pada pengembangan
kemampuan imajinatif, mendapatkan pengalaman dan pemahaman baru tentang
berbagai hal. Melalui sastra, perkembangan bahasa anak dapat berkembang lebih
cepat, anak dapat mengembangkan kemampuan lintas kurikulum, maksudnya dengan
membaca sastra, anak dapat mempelajari
bidang studi, termasuk bahasa, pengetahuan sosial budaya, sains, dan
kewarganegaraan.
Djuanda (2008) mengungkapkan bahwa
nilai pendidikan yang dapat diserap anak-anak dari bacaan sastra:
(1)
membantu perkembangan bahasa,
(2)
mengembangkan kemampuan membaca,
(3)
mengembangkan kepekaan terhadap cerita,
(4)meningkatkan
kelancaran membaca, dan
(5)
meningkatkan kemampuan menulis.
C. Tujuan Pembelajaran Bahasa dan
Sastra di SD
Diungkapkan dalan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Depdiknas dalam Djuanda, 2006) bahwa dalam kegiatan pembelajaran di
kelas, siswa harus dilatih lebih banyak menggunakan bahasa ubtuk berkomukikasi,
bukan dituntut lebih banyak menguasai tentang bahasa.Sedangkan pengajaran
sastra ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati,
menghayati, dan memahami karya sastra.
Huck dkk. (dalam Djuanda, 2006)
berpendapat bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberipengalaman pada murid
yang akan berkontribusi pada empat tujuan, yakni
(1)
menumbuhkan kesenangan pada buku,
(2)
menginterpretasi bacaan sastra,
(3)
mengembangkan kesadaran bersastra,
(4)
mengembangkan apresiasi.
D. Kaitan Membaca dengan Sastra
Seperti dikemukakan pada sub bab sebelumnya,
sastra dapat berfungsi memberikan kesenangan dan juga mendidik. Dengan
kesenangan yang dimiliki anak-anak terhadap sastra sangat dimungkinkan
kemampuan membaca anak akan lebih meningkat. Selanjutnya membaca sastra dapat
mengembangkan anak dalam berpikir naratif, karena banyak sastra yang berbentuk
cerita naratif.
Rofiudin (1999) menyatakan banyak
penelitian mengenai pembelajaran membaca dengan menggunakan karya
sastra.Ditemukan bahwa anak-anak memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam kosa
kata dan pemahaman membaca dibandingkan dengan anak-anak yang memperoleh
pembelajaran membaca yang tidak menggunakan karya sastra.

Keterampilan
membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Membaca adalah suatu
kegiatan yang sangat penting dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan.
Melalui membaca seseorang akan bertambah pengetahuannya. Dengan kata lain,
melalui membaca seseorang akan banyak memeroleh informasi sesuai dengan apa
yang dibacanya, termasuk juga membaca karya sastra.
Dalam
dunia kesastraan seorang guru yang akan menyampaikan materi kesastraan perlu
memperhatikan kaitannya antara hubungan kemampuan membaca dalam bahasa asing
dan pengajaran sastra. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting karena
sudah tidak terlalu diperhatikan dalam pengajaran bahasa, sedangkan dalam
praktiknya keduanya hubungan yang sangat erat. Selain itu, dapat
mempertimbangkan pendekatan sastra pada prinsipnya dan menjadi kategori dasar
yang mungkin bermanfaat untuk guru dalam rangka menghadapi kesulitan dalam
pembelajaran sastra khususnya dalam kaitannya dengan sastra dalam bahasa asing.
Tarigan
(2008:123) mengatakan pada hakikatnya kegiatan membaca terdiri dari dua aspek
yaitu ada isi (content) dan bahasa (language). Keduanya merupakan satu
kesatuan yang utuh. Kemudian, keserasian diantara keduanya merupakan cerminan
dan keindahan suatu bahan bacaan.
Kaitannya
dengan kemampuan membaca, ada dua cakupan yang berbeda yaitu, membaca bahasa
(asing) atau (foreign) language reading dan membaca sastra (literary reading).
a.
Membaca bahasa (asing) atau (foreign)
language reading.
Membaca
bahasa ini memiliki dua tujuan. Tujuan tersebut adalah pertama, untuk
mengembangkan daya kata (increasing word
power). Kedua, untuk mengembangkan kosa kata (developing vocabulary). Dimana setiap oroang pada umumnya memiliki
dua jenis daya kata. Satu digunakan dalam keterampilan berbicara dan menulis.
Kemudian, yang satunya lagi dipergunakan dalam keterampilan membaca dan
menulis.
b.
Membaca sastra (literary reading)
Membaca
sastra adalah membaca teks atau naskah-naskah yang berkaitan dengan teks atau
karya-karya yang berhungan dengan kesastraan. Suatu karya sastra sangat
berhubungan dengan keindahan (estetik). Keindahan suatu karya sastra tercermin
dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isinya.
Sehingga, dapat dikatakan suatu karya sastra itu indah apabila bentuk dan
isinya sama-sama indah. Kemudian, terdapat keserasian dan keharmonisan dari
keduanya.

Buku sastra anak tidak dibatasi oleh
siapa pengarangnya, anak-anak atau dewasa.Dengan demikian orang dewasa atau
guru dapat memilah-milah buku sastra untuk anak bukan mengacu pada siapa
pengarangnya, melainkan pada isi sastra itu sendiri.Jadi bekal yang
wajibdiketahui bila mengevaluasi buku sastra anak-anak adalah seperangkat nilai
ekstrinsik dan intrinsik sastra yang sesuai dengan kemampuan melihat dan
memahami dunia anak-anak (Djuanda, 2006).
Tugas guru dan orang tua atau
pustakawan dalam memilih buku sastra anak adalah melakukan penelitian lebih
rinci terhadap unsur-unsur yang lazimada dalam setiap bacaan cerita (fiksi).
Unsure-unsur itu meliputi
(1)
alur,
(2)
latar,
(3)
tema,
(4)
tokoh,
(5)
gaya,
(6)
sudut pandang, dan,
(7)
format buku cerita (Huck dalam Djuanda, 2006).
1.
Alur
Buku sastra anak memerlukan alur
yang rapi yang saling berkaitan, yang membuat anak penasaran untuk terus
membacanya sampai akhir.
2.
Latar Cerita
Dalam cerita biasanya terjadi pada
masa lalu, masa sekarang, ataupun masa yang akan dating. Latar tempat berkaitan
dengan lokasi geografis cerita terjadi.Latar juga harus dapat menceritakan
suasana yang mampu makna tertentu dan menggerakkan emosi pembaca.
3.
Tema Cerita
Buku sastra untuk anak sebaiknya
memiliki tema yang mengandung nilai-nilai moral yang positif, misalnya
kejujuran, kasih saying, keadilan, persahabatan, ketaqwaan, dan sebagainya yang
dapat memberikan nilai positif bagi kepribadian anak.
4.
Tokoh Cerita
Kebanyakan anak-anak menyukai
tokoh-tokoh yang memiliki sifat berani, cerdik, baik, dan kepahlawanan.
5.
Gaya Cerita
Dalam karya fiksi, gayaadalahg cara
seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang
indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat
menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminudin dalam Djuanda, 2006)
Gaya cerita hendaknya mencerminkan
cerita dan latar belakang tokoh dengan bahasa yang tepat yang mampu menarik
perhatian anak sebagai pembaca.
6.
Sudut Pandang
Sudut pandang orang ketiga biasanya
lebih disukai anak-anak, karena pengarang bisa leluasa mengeksploitasi apa saja
yang menjadi obsesi kepengarangannya. Sedangkan suidut pandang orang pertama
yang mengguknakan tokoh ‘aku’, sering
membuat anak-anak kurang puas, karena jangkauan pengarang dalam bercerita
menjadi terbatas (Huck dalam Djuanda, 2006).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis melalui /bahasa tulis.
Pembelajaran memmbaca dengan
menggunakan karya sastra dapat menimbulkan kesenangan pada anak yang
berimplikasi pada peningkatan kemampuan membaca dan pemikiran yang naratif dan
imajinatif.
Seperti yang dinyatakan oleh
Rofiudin (1999), banyak penelitian mengenai pembelajaran membaca menggunakan
karya sastra, ditemukan bahwa anak-anak memperoleh nilai yang lebih tinggi
dalam kosa kata dan pemahaman membaca dibandingkan dengan anak-anak yang
memperoleh pembelajaran membaca yang
tidak berdasarkan karya sastra.
Pemilihan buku sastra untuk anak
tidak terpaku pada siapa pengarangnya, melainkan pada isi sastranya, nilai
ekstrinsik dan intrinsic yang sesuai dengan kemampuan melihat dann memahami
dunia anak.
B. Saran
Kebanyakan anak-anak menyukai
sastra, dengan alasan ini, pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan
menggunakan karya sastra agar minat baca dan kemampuan membaca anak
meningkat.Oleh karenanya, pembelajaran haruslah berlangsung menyenangkan,
jangan sampai menjadi beban bagi anak-anak.
Buku adalah gudangnya ilmu, maka
orang dewasa atau pun guru sebaiknya membiasakan anak untuk membaca sejak dini,
dengan bacaan-bacaan yang disukainya (buku sastra).Bila minat baca anak
meningkat, dan mulai terbiasa membaca sebagai suatu kesenangan, maka setidaknya
telah membangun budaya membaca kepada mereka sebagai tunas bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang
Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas
Djuanda, Dadan. 2008. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia
diSekolah Dasar. Bandung: Pustaka Latifah
Rofiudin, Ahmad dan Darmiyati
Zuhdi.1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdiknas
Supriyadi.2006.
Pembelajaran Sastra yang Apresiatiif dan
Integratif di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas