BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sekarang ini berlangsung sangat cepat. Banyak komponen kehidupan
manusia yang tidak dapat terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti
sandang, pangan, dan papan. Manusia sekarang ini hampir tidak dapat hidup tanpa
teknologi. Teknologi dapat dengan mudah dijumpai di belahan bumi manapun dan
usia berapapun, dapat dipastikan teknologi sudah menjadi kebutuhan pokok
manusia pada zaman sekarang ini. Namun, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia
untuk menciptakan teknologi canggih tersebut, sebagian besar diambil dari alam.
Pemanfaatan teknologi dari alam oleh
manusia yang berlebihan dapat merusak keseimbangan ekosistem dan mengakibatkan
kerugian bagi manusia dan alam. Manusia mengekspoitasi alam sebanyak-banyaknya
tetapi tidak memperbaikinya. Hal tersebutlah yang menyebabkan berbagai masalah
muncul. Masalah yang muncul dari kerusakan alam antara lain pemanasan global,
keracunan zat adiktif, banjir, kerusakan hutan, sampah, dan banjir lumpur
lapindo di indonesia. Oleh karena itu, kami akan mengkaji masalah tersebut
dalam makalah yang berjudul “Isu Lingkungan Global dan Isu Lingkungan Nasional”.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh manusia dalam
lingkungan ?
2. Bagaimana memahami isu lingkungan
global ?
3. Bagaimana memahami isu lingkungan
nasional ?
C. Tujuan
1.
Memahami pengaruh manusia dalam lingkungan
2.
Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan global
3.
Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan nasional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Manusia Dalam Lingkungan
Manusia
dengan pengetahuannya mampu mengubah
keadaan lingkungan sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya.
Awalnya perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat
terbatas. Pada zaman neolitikum kira-kira 12.000 tahun yang lalu, nenek moyang
kita dari berburu kemudian memelihara hewan buruannya. Dari manusia pemburu
berubah menjadi manusia pemelihara, dari manusia nomadis berubah menjadi
manusia menetap. Mulailah berkembang cara bercocok tanam. Ekosistem sekarang
ini adalah ekosistem baru yang diciptakan manusia, sesuai dengan kebutuhan
manusia. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk
mengubah lingkungan semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam
yang awalnya tetap dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu
hilang dan timbul kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia. (maskoeri
jasin, 1988:132)
Berbagai kerusakan
ditimbulkan manusia, sekarang ini banyak manusia yang menyadari pentingnya alam
untuk kelangsungan hidup mereka. Perlahan manusia memperbaiki alam yang telah
rusak dan mengurangi hal-hal yang merugikan alam. Manusia melakukan upaya
penyelamatan hutan dan makhluk hidup lain yang menggantungkan kehidupannya pada
alam. Namun, banyak pula manusia yang terus mencemari alam tanpa memikirkan
resiko yang ditimbulkan ke depan. Mengembalikan keseimbangan alam merupakan
pekerjaaan yang sulit dan selalu menginginkan terciptanya lingkungan hidup
seperti yang diharapkan.
B. Isu lingkungan global
Masalah
yang dialami bumi sekarang ini adalah pemansan global. Menurut tim IAD MKU UMS,
TIM MUP (2008:150), pemanasan global adalah peningkatan suhu bumi, yang
meliputi peningkatan suhu atmosfer, hidrosfer, dan suhu lithosfer.
Gambar 1
Perkembangan pemanasan global
Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya
gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti
akibat dari pembakaran bahan bakar fosil.
Proses pemanasan global ini terjadi ketika radiasi dari sinar matahari akan
masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari tersebut akan sampai bumi dan
menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh bumi, dan
sebagian bumi akan memantulkan kembali ke angkasa. Jika atmosfer bumi penuh
dengan gas-gas rumah kaca maka panas dari bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa.
Akibatnya, panas kembali ke bumi.
Gambar 2
Efek rumah kaca
adanya pemanasan global menyebabkan banyak pengaruh pada
kehidupan yang ada di bumi. Beberapa akibat dari pemanasan global adalah
sebagai berikut :
1. Iklim mulai tidak
stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa
selama pemanasan global, daerah bagian utara dari belahan bumi utara (northern
hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es
yang terapung di perairan utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan
di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan
lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada
musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih
lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum
begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan
atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca. Sehingga, keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak
juga akan membentuk awan yang lebih banyak, akibatnya akan memantulkan cahaya
matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini
akan menurunkan proses pemanasan. Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan
curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat fahrenheit
pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam
seratus tahun terakhir ini. Badai akan
menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya, beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih
ekstrem.
2. Peningkatan permukaan
laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut
diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar greenland, yang lebih memperbanyak volume air
di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 -
10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan
sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi)
akan menenggelamkan 6 persen daerah belanda, 17,5 persen daerah bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat
besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin
hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka
laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi)
akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di amerika serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari florida everglades.
3. Suhu global cenderung
meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa bumi
yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal
ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian selatan kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan
dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak,
lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim
dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak
bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk
hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan
telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk
bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau
lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Dampak sosial dan
politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat
mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan
kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga
akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan
peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir,
badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya
disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit,
dan lain-lain.
6. Dampak
terhadap kesehatan manusia
Pergeseran ekosistem dapat memberi
dampak pada penyebaran penyakit melalui air (waterborne diseases) maupun
penyebaran penyakit melalui vektor
(vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang
biak. Dengan adanya perubahan iklim ini, maka ada beberapa spesies vektor
penyakit (eq aedes aegypti), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang targetnya adalah organisme tersebut. Selain itu
bisa diprediksikan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan
terseleksi ataupun punah dikarenakan perubahan ekosistem yang ekstrem ini. Hal
ini juga akan berdampak perubahan iklim (climate change) yang bisa berdampak
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ispa (kemarau
panjang/kebakaran hutan, dbd kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi lingkungan yang disebabkan
oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases
dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas
pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap
penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit
jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
7. Perdebatan
tentang pemanasan global
Tidak semua ilmuwan setuju tentang
keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih
mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui
perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini
untuk membuat prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini
juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap
pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan
suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat
menguntungkan di beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan
pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan
antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi
pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada
pertengahan abad ke-20, bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada
tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh
dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak
memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global
yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan
abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan
partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke
atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke angkasa
luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena
adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi
disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama
memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada
tahun 2000, u.s. national oceanic and atmospheric administration (noaa)
memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat
di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut
memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan. Suhu laut dunia pada tahun 1998
lebih tinggi 0,2 derajat celsius (0,3 derajat fahrenheit) daripada suhu rata-rata
50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.
Pertanyaan ketiga masih
membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di troposfer
dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer
tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan bumi tidak dapat
dipercaya. Pada bulan januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh national
academy of sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan
permukaan bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer
yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.
Upaya untuk mengurangi pemanasan global, antara lain:
1. Menanam
pohon, karena pohon berperan besar dalam mengurangi pemanasan global karena
pohon dalam foto sintesis pada siang hari menyerap
dan
menghasilkan
. Sehingga dapat megurangi kandungan karbondioksida di
udara yang dapat memicu menipisnya ozon dan terjadi pemanasan global.
2.
Menghijaukan hutan yang telah
gundul, karena sekarang ini banyak pembalakan liar yang menyebabkan
penggundulan hutan.
3.
Melakukan efisiensi pada penggunaann
bahan bakar fosil. Selain dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global,
eksploitasi yang berlebihan pada bahan bakar fosil juga akan menyebabkan
kelangkaan pada bahan bakar fosil tersebut, kerena bahanbakar fosil tidak dapat
diperbarui.
4. Mencari alternatif energi lain yang lebih
ramah lingkungan dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
C.
Isu Lingkungan Nasional
Di negara indonesia bayak terjadi
perusakan lingkungan yang mengakibatkan tidak seimbangnya ekosistem di alam.
Menurut tim iad miku & tim mup (2012:155), ada beberapa isu lingkungan
nasional, diantaranya :
1.
Banjir
Banjir merupakan suatu peristiwa terbenamnya daratan
(yang pada keadaan normal kering) karena meningkatnya volume air. Banjir dapat
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya akibat pemanasan global, yaitu dapat
meningkatkan tinggi permukaan air laut, sehingga beberapa daerah di pesisir
pantai akan terkena luapan air tersebut. Selain itu banjir juga disebabkan
karena meningkatnya curah hujan dan tidak adanya saluran air yang baik dan
cukup untuk menampung air hujan. Banjir juga dapat disebabkan karena peluapan
air sungai akibat meningkatnya curah hujan
atau karena sebab lain, seperti pecahnya bendungan sungai. Banjir yang
banyak melanda kota-kota besar biasanya disebabkan karena kurangnya kesadaran
masyarakat yang membuanga sampah ke sungai atau saluran air lain. Banjir juga
disebabkan oleh kurangnya resapan air karena tanah telah tertutup bangunan.
Banjir menyebabkan kerugian pada segi perekonomian, kesehatan, dan lingkungan.
2. Kerusakan hutan di indonesia
Hutan di indonesia banyak berkurang dan yang masih ada
banyak mengalami kerusakan. Penyebab kerusaan hutan paling besar karena ulah manusia.
Manusia melakukan eksploitasi dari hutan secara berlebihan dan mengabaikan segi
ekologisnya. Faktor alam yang merusak hutan salah satunya adalah kebakaran
hutan. Kebakaran hutan ini dipicu oleh musim kemarau yang panjang maupun
pemanasan global.
3.Sampah
Manusia sebagai konsumen setiap harinya menghasilkan
sampah/limbah. Libah yang dihasilkan berupa organik dan anorganik. Sampah
anorganik dihasilkan dari rumah tangga maupun industri. Sampah merupakan
masalah sosial yang dapat menyebabkan konflik. Di indonesia masalah sampah
kurang mendapat penanganan yang baik.
4. Banjir lumpur panas di sidoarjo
Banjir lumpur panas di sidoarjo
merupakan peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran pt lapindo
brantas sejak tanggal 27 mei 2006. Bajir lumpur panas tersebut terus meningkat
dan penyebab utama semburan tersebut belum jelas. Semburan tersebut menyebabkan
tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan peridustrian. Masalah banjir
lumpur panas ini telah menjadi masalah nasional, yang memaksa pemerintah pusat
turut campur dalam upaya penanggulannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia
dengan pengetahuannya mampu mengubah
keadaan lingkungan sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya.
Awalnya perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat
terbatas. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk
mengubah lingkungan semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam
yang awalnya tetap dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu
hilang dan timbul kerusakan di mana-mana karena ulah tangan manusia.
Salah satu
isu lingkungan global adalah pemanasan global. Pemanasan global terjadi akibat
meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti CO2 akibat
dari pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi ketika
radiasi dari sinar matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari
tersebut akan sampai bumi dan menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi
matahari akan diserap oleh bumi, dan sebagian bumi akan memantulkan kembali ke
angkasa. Jika atmosfer bumi penuh dengan gas-gas rumah kaca maka panas dari
bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa. Akibatnya, panas kembali ke bumi. Beberapa akibat dari pemanasan global adalah iklim
mulai tidak stabil, peningkatan permukaan laut, suhu global cenderung
meningkat, gangguan ekologis, dampak sosial dan politik, dampak terhadap
kesehatan manusia, perdebatan tentang pemanasan global. Cara mengurangi
pemanasan global adalah mencari alternatif energi lain yang lebih ramah
lingkungan dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas, menanam pohon,
menghijaukan hutan yang telah gundul, dan melakukan efisiensi pada penggunaan
bahan bakar fosil
Ada beberapa masalah lingkungan
nasional, diantaranya banjir, kerusakan hutan di Indonesia, sampah, dan banjir
lumpur panas di Sidoarjo.
DAFTAR
PUSTAKA
Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu
Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.
TIM IAD MKU UMS, TIM
MUP.2008. Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta: Muhammadiyah University Press
0 komentar:
Posting Komentar