BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Tidak
ada yang salah dengan manusia yang mencoba memanfaatkan alam untuk mendukung
kehidupan mereka karena memang alam diciptakan untuk mendukung kehidupan
manusia. Akan tetapi, pemanfaatan alam menjadi hal yang salah ketika
pemanfaatan alam tidak diimbangi dengan pelestarian lingkungan terlebih dengan
fakta bahwa perkembangan teknologi yang kian hari kian pesat dan menjadi
tumpuan kehidupan bagi banyak manusia modern rupanya merupakan salah satu
faktor yang menggerus alam dalam waktu yang tidak begitu lama.
Masalah
lingkungan merupakan isu nyata yang sudah menjadi perbincangan ramai dalam
Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup yang diadakan di Stockholm, Swedia 15
Juni 1972. Di tahun yang sama pada tanggal 15-18 Mei, Seminar Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran membahas
isu mengenai masalah lingkungan hidup untuk pertama kalinya di Indonesia.
Kenyataan mengenai laju pertumbuhan populasi penduduk yang kian tahun kian
meningkat merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam masalah
lingkungan.
Pertumbuhan
penduduk membuat pembangunan dan industri semakin diperlukan sementara itu
pembangunan dan industri juga memberikan dampak yang negatif terhadap
lingkungan yang kemudian akan berimbas kepada manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Pengaruh Manusia Dalam Lingkungannya ?
2. Apa
itu Isu Lingkungan Lokal ?
3. Apa
saja contoh dan dampak Isu Lingkungan Lokal ?
C. Tujuan Masalah
1. Memahami
pengaruh manusia dalam lingkungannya
2. Memahami
tentang Isu Lingkungan Lokal
3. Memahami
dampak yang disebabkan Isu Lingkungan Lokal
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengaruh Manusia
Dalam Lingkungan
Manusia dengan pengetahuannya mampu
mengubah keadaan lingkungan sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi
kebutuhannya. Awalnya perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya
sangat terbatas. Pada zaman Neolitikum kira-kira 12.000 tahun yang lalu, nenek
moyang kita dari berburu kemudian memelihara hewan buruannya. Dari manusia
pemburu berubah menjadi manusia pemelihara, dari manusia nomadis berubah
menjadi manusia menetap. Mulailah berkembang cara bercocok tanam. Ekosistem
sekarang ini dalah ekosistem baru yang diciptakan manusia, sesuai dengan
kebutuhan manusia. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia
untuk mengubah lingkungan semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai
alam. Alam yang awalnya tetap dapat mempertahankan keseimbangan sekarang
keseimbangan itu hilang dan timbul kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan
manusia. (Maskoeri Jasin, 1988:132)
Berbagai kerusakan
ditimbulkan manusia, sekarang ini banyak manusia yang menyadari pentingnya alam
untuk kelangsungan hidup mereka. Perlahan manusia memperbaiki alam yang telah
rusak dan mengurangi hal-hal yang merugikan alam. Manusia melakukan upaya
penyelamatan hutan dan makhluk hidup lain yang menggantungkan kehidupannya pada
alam. Namun, banyak pula manusia yang terus mencemari alam tanpa memikirkan
resiko yang ditimbulkan ke depan. Mengembalikan keseimbangan alam merupakan
pekerjaaan yang sulit dan selalu menginginkan terciptanya lingkungan hidup
seperti yang diharapkan.
B.
Isu
Lingkungan Lokal
Isu
lingkungan lokal merupakan hal yang sangat mudah dilihat bahwa Indonesia masih
mempunyai kesadaran yang rendah terhadap isu lingkungan terutama masyarakatnya
yang kebanyakan masih terlalu terfokus pada usaha untuk bertahan hidup dan
mendapatkan kehidupan yang lebih layak secara ekonomi sehingga mereka melakukan
segala upaya untuk mendapatkan uang lebih meskipun hal ini berarti mereka harus
mengancam lingkungan dan alam. Kegiatan ini sudah berlangsung selama
bertahun-tahun dan kini masyarakat mulai merasakan imbas atas apa yang mereka
lakukan terhadap alam. Berbagai macam isu lingkungan muncul di berbagai wilayah
di Indonesia dan tentu saja banyak masyarakat yang merasakan derita baik secara
langsung maupun tidak langsung atas kerusakan alam yang terjadi di wilayah
mereka. Boleh saja kita tidak memberikan tanggapan serius terhadap isu
lingkungan global seperti kerusakan lapisan ozon karena pada dasarnya daerah
yang terimbas pertama kali bukan Indonesia melainkan kutub bumi meskipun
kemudian tentu ada imbas besar yang akan dirasakan oleh rakyat Indonesia. Kini,
banyak peristiwa yang membawa derita yang harus dialami oleh banyak orang di daerah
asalnya masing-masing dan hal ini terjadi bukan tanpa sebab yang berkaitan
dengan ulah manusia terhadap alam.
Saat ini masalah lingkungan cukup
sering diperbincangkan. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon
kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan
bila lapisan itu tidak ada atau menghilang sama sekali dari alam semesta ini.
Tanpa lapisan ozon sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup
di muka bumi ini, antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara
menjadi-jadi, cuaca tidak menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu
daerah karena akan mencairnya es yang ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat
raya hanya tinggal menunggu masa kehancurannya saja.
Memang banyak cara yang harus
dipilih untuk mengatasi masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan
untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para
sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah
yang telah santer belakangan ini.
C. Contoh dan Dampak Isu Lingkungan
Lokal
Ada
banyak berita mengenai dampak lingkungan yang terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia salah satunya Aceh yang terkenal dengan potensi alam dan potensi
wisata alam kini keadaanya sangat memprihatinkan. Kerusakan lingkungan sudah
menjadi pemandangan biasa dimana-mana. Eksploitasi tambang yang berlebihan,
perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, kebakaran hutan serta
sejumlah isu lingkungan lainnya dituding menjadi penyebab utama. Aceh sendiri
tidak lepas dari akibat kerusakan lingkungan tersebut. Berikut beberapa isu
lingkungan di Aceh :
1.
Kebakaran
Hutan Di Aceh
Proses
kebakaran hutan dapat terjadi karena proses alami atau ulah dari manusia.
Kebakaran oleh ulah manusia biasanya bermaksud untuk pembukaan lahan untuk
perkebunan. Manusia dengan sengaja membakar hutan supaya memudahkan proses
clearing.
Di
Aceh selama beberapa tahun terakhir sering terjadi kebakaran hutan, Lokasi
kebakaran lahan berada di Aceh. Kejadian ini berlangsung sporadis dan dalam
waktu yang hampir bersamaan di setiap lokasi. Pemicu kebakaran diduga berasal
dari aktivitas pembukaan lahan pertanian.
Dampak kebakaran hutan.
Dampak
dari pembakaran hutan adalah memberikan kontribusi CO2 diudara, hilangnya
keanekaragaman hayati, ekonomi hasil hutan dan Asap. Asap yang dihasilkan dapat
menganggu kesehatan (system pernafasan) dan dapat mengganggu aktivitas lainnya
seperti penerbangan. Dampak asap ini tidak hanya bersifat local akan tetapi
bisa berdampak pada Negara lain.Contoh kebakaran hutan asapnya sampai ke Negara
singapura dan Malaysia.
2.
Sampah
di Perkotaan dan di Pemukiman.
Sampah
- sampah di perkotaan dan di pemukiman sudah sangat meresahkan warga
dikarenakan tempat pembuangannya yang belum juga tertata rapi dengan bau yang
sangat menggangu serta masih kurang nya kesadaran masyrakat akan sampah,
membuat masyrakat membuang sampah tidak pada tempatnya, contoh : sungai, parit,
tepi jalan.
Dampak negatif sampah :
-
Dampak
terhadap Kesehatan.
Lokasi
dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik
bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjadi sumber
penyebaran penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum, penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
-
Dampak
terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampaknya
akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang
tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh
pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan
untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien,
orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
3. Kekeringan
Kekeringan
adalah kekurang air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat menyediakan
kebutuhan air bagi manusia atau mahluk hidup lainnya.
Dampak kekeringan :
Dampak
dari kekeringan bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan, keterancaman pangan.
4. Banjir
Di
Aceh tiga kabupaten yaitu aceh selatan, aceh singkil dan simeuleu terendam
banjir sedalam 2,5 m. penyebab banjir didaerah tersebut karena adanya tekanan
rendah disebelah barat laut Aceh disekitar Samudera Hindia yang menyebabkan
cuaca ekstrim di Aceh. Banjir merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat
menampung limpaan air hujan karena proses infiltrasi mengalmi penurunan.Hal
tersebut terjadi karena daerah hijau sebagai penahan larian air hujan
berkurang.
Dampak banjir :
Dampak
dari banjir menyebabkan gangguan kesehatan, keterkendalaan kegiatan aktivitas
manusia, penurunan produktivitas. Dampak banjir merupakan dampak lokal, akan
tetapi bisa juga menjadi skala nasional seperti banjir dijakarta yang
menghambat aktivitas nasional karena bandara terisolasi.
5. Longsor
Longsor
yang terjadi di Aceh tengah menyebabkan terkurungnya ribuan warga kecamatan
Rusip Antara. Longsor adalah terkikisnya
daratan oleh air lairan (run off) karena penahan air larian (daerah hijau)
berkurang.
Dampak longsor :
Dampak
dari longsor bisa berdampak terjadinya kerusakan tempat tinggal atau tempat
kegiatan aktivitas seperti ladang, sawah dan juga bisa menganggu transportasi
kegiatan perekonomian. Dampaknya sangat dirasakan bagi daerah lokal dan ada
kemungkinan berantai kedaerah lainnya.
6. Erosi Pantai ( Abrasi ).
Erosi
di kawasan Ujong Mangki Kecamatan Bakongan dan Ujong Pulo Rayek kecamatan
Bakongan Timur Kabupaten aceh selatan kian meluas, bahkan rumah warga yang
berada di pesisir pantai mulai terkikis ombak.
Erosi
adalah terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Erosi ini
terjadi karena kurangnya vegetasi seperti bakau yang biasa tumbuh di bibir
pantai. Kurangnya vegetasi ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat
akan kelestarian pantai.
Dampak erosi pantai :
Dampak
erosi pantai berdampak lokal dan dapat menyebabkan kerusakan tempat tinggal,
dan hilang potensi ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
7. Intrusi Air Laut
Masuknya
air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah akibat air tanah telah banyak
digunakan oleh manusia dan tidak adanya tahanan intrusi air laut seperti
kawasan mangrove.
Dampak intrusi air laut :
Dampak
dari intrusi air laut adalah terjadinya kekurangan stok air tawar, menganggu
kesehatan.
8. Penebangan Liar Hutan
Jika
hutan itu terbuka dalam hamparan yang luas seperti pasca eksploitasi HPH, penebangan hutan, dengan kerapatan dibawah 50
persen maka akan mudah terbakar. Akibatnya dedaunan busuk dengan humus yang
tebal, ranting dan dahan yang kering lekang sehingga dengan pemantik kecil saja
kawasan ini segera terbakar. Keadaan hutan yang sudah longgar, pohon-pohon
besar dan kecil ditebang dan tidak ada regenerasi berdampak pada perairan
terutama anak-anak sungai akan banjir besar dan menerima debit air yang
melebihi kapasitas normal. Sungai yang dahulunya tidak bisa meluap dan begitu
bersahabat sekarang sebaliknya, seperti banjir di beberapa Kabupaten di Aceh. Sedangkan di musim kemarau
persediaan air sangat kurang.
Fakta
di atas menunjukkan bahwa kawasan hutan bukit dan pegunungan sudah kurang
fungsinya sebagai penahan air agar secara perlahan-lahan mengalir ke muara
sungai. Yang kita khawatirkan jika musim hujan tiba dengan curah hujan sangat
tinggi yang merupakan siklus sepuluh tahunan maka air akan tertumpuk di daerah
muara.
9. Pengerukan Tanah Berlebihan
Mengeruk
tanah di perbukitan dan tidak menanam pohon sebagai penyangga tanah tersebut
tentu merupakan bencana yang bisa membahayakan masyarakat yang bermukim di
bawah bukit tersebut, di kota Singkawang sendiri telah banyak di temukan
bukit-bukit yang tanahnya sudah siap mendatangkan bencana seperti bencana
banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin puting beliung, dan lain
sebagainya. Bencana itu disebabkan oleh keserakahan dan kepongahan manusia yang
senantiasa mengeksploitasi hutan demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Anehnya justru mereka tidak pernah peduli atas akibat yang ditimbulkannya.
10. Pencemaran Limbah Industry.
Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah : masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.
Pencemaran
terjadi akibat pengelolaan limbah industri yang tidak baik dan benar. Dampak
dari pencemaran adalah gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan dan
dapat menurunkan produktivitas.
Dampak pencemaran limbah industry :
Dampak
dari pencemaran limbah industri ini bisa berskala nasional karena pencemaran
bisa terjadi dibadan perairan mengalir atau udara sehingga dampaknya tidak
hanya satu daerah tetapi dirasakan oleh daerah lain.
- Study Kasus
Nasib
si Pasar Terapung
Banjarmasin
yang merupakan ibukota dari Kalimantan Selatan
yang memiliki julukan sebagai kota seribu sungai. Letak Banjarmasin yang
dilewati oleh sungai barito dan Martapura, menjadikan sungai sebagai pusat dari
aktivitas warga. Karena sejak dahulu, sungai menjadi sumber kehidupan
masyarakat Banjarmasin, menjadikan kegiatan pasar pun dilakukan secara terapung
di sungai.
Kegiatan
pasar yang dilakukan terapung di sungai
tersebut dijadikan suatu ikon yang khas dari daerah Banjarmasin, yang mana
kegiatan tersebut biasa dikenal dengan pasar terapung. Pasar terapung yang
terkenal di daerah Kalimantan Selatan, yakni pasar terapung kuin di
Banjarmasin.
Pasar
Terapung Muara Kuin adalah Pasar Tradisional yang berada di atas sungai Barito
di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan
pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai
setelah shalat Subuh sampai selepas pukul 07:00 pagi. Matahari terbit
memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari
kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Suasana pasar terapung yang unik dan
khas adalah suasana berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling
mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu
oleng dimainkan gelombang sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki
organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah
pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.Para
pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau
tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh
untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih
sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam
bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka.
Selain
itu selama ini pasar terapung merupakan ikon khas Banjarmasin yang dapat
menarik banyak perhatian pengunjung
karena keunikan dan latar belakang budayanya yang masih tinggi. Pengunjungnya
pun bukan hanya dari dearah Banjarmasin, melainkan dari banyak kota – kota
besar lainnya bahkan pengunjung dari luar negeri (contohnya turis dari
Australia). dapat dikatakan bahwa pasar terapung ini merupakan salah satu aset
wisata daaerah yang khas dan unik yang masih kental mengandung unsur – unsur
kebudayaan rakyat di daerahnya. Selain sebagai budaya, pasar terapung nyatanya
juga berpengaruh terhadap perekonomian banua (istilah untuk Wilayah Kalimantan
Selatan). Tercatat bahwa pada tahun 2008 Kalimantan Selatan mampu menarik 24
ribu wisatawan asing.
Pasar
terapung yang dulu memikat banyak orang kini mulai terpinggirkan oleh
perkembangan zaman. Dan kini nasib dari si pasar terapung mulai memprihatinkan
dan tak diperdulikan. Pasar terapung yang indah kini memiliki beberapa masalah
yang mungkin dampaknya akan membuat kepunahan pasar tradisional di daerah
"seribu sungai" ini.
Kepunahan
dari pasar tradisional di daerah “seribu sungai” ini dikarenakan:
1. Pertumbuhan
jalan darat di sekitar lokasi pasar itu sudah begitu pesat, sehingga warga yang
tadinya berbelanja hanya melalui sungai kini bisa melalui darat. Yang
mengakibatkan warga akan lebih memilih untuk berbelanja di darat karena
aksesnya yang lebih mudah.
2. Air
sungai yang luar biasa pekat dan kotor yang
diakibatkan dari banyaknya tumpukan sampah dan tumbuhan enceng gondok
yang dapat mempersulit para pedagang di dipasar terapung tersebut.
3. Menyempitnya
area sungai yang diakibatkan dari banyaknya pinggiran sungai yang dijadikan
sebagai pemukiman – pemukiman warga dan terjadinya pendangkalan sungai akibat
banyaknya sampah – sampah yang ada di aliran sungai tersebut.
4. Angkutan
kapal penyeberangan persis membelah kawasan Pasar terapung. Mengakibatkan Jika
kapal tersebut melewati kawasan para pedagang khususnya ibu-ibu pengayuh sampan
menjadi takut oleng sampannya, sehingga enggan melakukan aktivitas jual beli di
kawasan itu.
Adapun
solusi yang dapat dilakukan dari berbagai permasalahan di atas yaitu sebagai
berikut :
1. Seharusnya
pemerintah lebih memikirkan pembangunan infrastruktur yang lebih baik, dimana
adanya keseimbangan antara pembangunan di daerah daratan maupun di daerah
sungai. Sehingga dapat memberikan keuntungan baik bagi pelaku ekonomi di daerah
darat maupun di daerah sungai.
2. Menumbuhkan
kesadaran warga untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sungai, dengan tidak
membuang sampah sembarangan dan menjaga kelestarian dari sungai. Sehingga
sungai masih dapat dijadikan sebagai salah satu tempat untuk melakukan
aktivitas sehari – hari.
3. Pemerintah
dan aparat yang berwenang seharusnya dapat mengawasi bahkan menbuat peraturan
agar tidak semakin banyak berdirinya pemukiman warga yang ada di pinggiran
sungai yang akan mengakibatkan sebagian lahan dari bantaran sungai beralih
fungsi menjadi pemukiman warga. Sehingga sungai masih memiliki luas asalnya
tanpa adanya penyempitan luas sungai, yang juga akan mempermudah aktivitas yang
dilakukan di atas aliran sungai tersebut.
4. Mengatur
jalur angkutan kapal penyeberangan, sehingga tidak akan menggangu aktifitas
perdagangan di pasar terapung tersebut. Dan para pedagang pun merasa lebih aman
apabila adanya pembagian jalur –jalur lalu lintas di aliran sungai.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari wacana di atas dapat
disimpulkan penyebab dan dampak lingkungan lokal :
-
Kekeringan : kekeringan adalah
kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat menyediakan kebutuhan
air bagi manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak: menyebabkan ganggungan
kesehatan, keterancaman pangan.
-
Banjir : merupakan fenomena alam ketika
sungai tidak dapat menampung limpahan air hujan karena proses influasi
mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi karena hijauan penahan air larian
berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan, penyakit kulit, aktivitas manusia
terhambat, penurunan produktifitas pangan, dll.
-
Longsor : adalah terkikisnya daratan
oleh air larian karena penahan air berkurang. Dampaknya : terjadi kerusakan
tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu perekonomian dan kegiatan
transportasi
-
Erosi pantai : terkikisnya lahan daratan
pantai akibat gelombang air laut. Dampak : menyebabkan kerusakan tempat tinggal
dan hilangnya potensi ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
-
Instrusi Air Laut : air laut (asin)
mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh manusia dan tidak adanya
tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove. Dampaknya: terjadinya
kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
basahona
sumanto, 2010. 10 isu lingkungan. http://sumantobasahona.blogspot.com/2010/12/10-isu-lingkungan.html
diakses 16 Desember 2015
http://humairahworld.wordpress.com/2011/02/12/isu-lingkungan/,
diakses 16 Desember 2015
kamil ridwan, 2012. Isu lingkungan lokal. http://jujubandung.wordpress.com/2012/10/18/isu-lingkungan-lokal/
diakses 16 Desember 2015
Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu
Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.
TIM IAD MKU UMS, TIM
MUP.2008. Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Izin kopas ya...
BalasHapus