BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sayyid
Ahmad Khan adalah seorang reformer abad ke-19 dalam pendidikan khususnya
pendidikan islam yang berasal dari India. Pada waktu itu kondisi pendidikan
umat Islam di India sangat terpuruk dan terbelakang. Karena penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa Inggris dan penguasaan yang dlakukan oleh umat hindhu
India. Melalui ide – ide Sayyid Ahmad Khan yang sangat cemerlang, dia mampu
mengubah kondisi pendidikan umat islam di India menjadi lebih baik. Melalui
Universitas yang didirikan Ahmad Khan, mampu menghasilkan penerus – penerus
Islam yang memiliki intelegensi yang bermutu, dan berpikiran maju sehingga
tidak tertinggal dengan perkembangan zaman dan mampu bersaing dengan Negara –
Negara barat.
Pemikiran – pemikiran Sayyid Ahmad Khan ini tidak hanya terkungkung di India saja akan tetapi tersebar luas di saentero jagat. Namanya dan pemikiran-pemikirannya masih terkenang dan dipakai oleh para pakar pendidikan, mahasiswa dan orang – orang yang peduli pada pendidikan khususnya pendididkan Islam.
Apa yang dilakukan oleh Ahmad Khan menunjukkan bahwa ia adalah seorang intelektual muslim sejati. Ini dapat terlihat dari sikapnya yang terbuka terhadap hal dari luar, ia bersedia mendengarkan segala hal diluar komunitasnya (islam), ia tidak cepat apriori terhadap pengaruh tersebut sebagaimana para ahli agama waktu itu, namun ia pikirkan pengaruh itu dan ia mengambil kesimpulan bahwa yang diajarkan inggris mengenai ilmu pengetahuan dan tehnologi harus dipelajari dan dikuasai oleh umat Islam. Karakteristik yang penting adalah kejujuran dan kesetiaan pada cita-citanya untuk membangun India setarap dengan bangsa-bangsa lain di Dunia dengan mendirikan lembaga pendidikan Aligarth College sebagai basis kaderisasi anak bangsa dimasa mendatang.
Pemikiran – pemikiran Sayyid Ahmad Khan ini tidak hanya terkungkung di India saja akan tetapi tersebar luas di saentero jagat. Namanya dan pemikiran-pemikirannya masih terkenang dan dipakai oleh para pakar pendidikan, mahasiswa dan orang – orang yang peduli pada pendidikan khususnya pendididkan Islam.
Apa yang dilakukan oleh Ahmad Khan menunjukkan bahwa ia adalah seorang intelektual muslim sejati. Ini dapat terlihat dari sikapnya yang terbuka terhadap hal dari luar, ia bersedia mendengarkan segala hal diluar komunitasnya (islam), ia tidak cepat apriori terhadap pengaruh tersebut sebagaimana para ahli agama waktu itu, namun ia pikirkan pengaruh itu dan ia mengambil kesimpulan bahwa yang diajarkan inggris mengenai ilmu pengetahuan dan tehnologi harus dipelajari dan dikuasai oleh umat Islam. Karakteristik yang penting adalah kejujuran dan kesetiaan pada cita-citanya untuk membangun India setarap dengan bangsa-bangsa lain di Dunia dengan mendirikan lembaga pendidikan Aligarth College sebagai basis kaderisasi anak bangsa dimasa mendatang.
B.
Rumusan
Masalah
a. Siapakah
Sir Sayyid Ahmad Khan ?
b. Bagaimanakah
kondisi pendidikan Islam India ?
c. Apa
sajakah pokok-pokok pikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam
?
d. Usaha-usaha
apa sajakah yang telah dicapai oleh Sayyid Ahmad Khan ?
e. Apa
itu Aligarth College ?
f. Apa
itu gerakan Aligarth ?
g. Apa
itu konteks pembaharuan pendidikan di Indonesia ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Sir Sayyid Ahmad Khan
Sir
Sayyid Ahmad Khan dikenal sebagai tokoh pembaharu di kalangan umat Islam India
abad ke-19. Dia dilahirkan di India pada 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17
Oktober 1817 Masehi di kota Delhi. Nenek moyangnya berasal dari Semenanjung
Arab yang kemudian hijrah ke Herat, Persia (Iran), karena tekanan politik pada
zaman dinasti Bani Umayyah. Dari Herat mereka hijrah ke Hindustan (India) dan
menetap di sana. Ayahnya bernama al-Muttaqi, seorang ulama yang saleh. Ahmad
Khan memiliki pertalian darah dengan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau dari
keturunan Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Talib. Karena itulah dia bergelar
sayyid. lbunya seorang wanita cerdas dan pandai mendidik anak-anaknya. Ahmad
Khan memulai pendidikannya dalam pengetahuan agama secara tradisional. Di
samping itu beliau juga mempelajari bahasa Persia dan bahasa Arab, matematika,
mekanika, sejarah dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Ayahnya meninggal
tahun 1838, pada saat itu Ahmad Khan mulai bekerja pada Serikat India Timur,
kemudian ia pindah bekerja sebagai hakim di Fatehpur (1841). Selanjutnya ia
dipindahkan ke Bignaur. Dan pada tahun 1846 ia kembali lagi ke Delhi. Masa
delapan tahun di Delhi merupakan masa yang paling berharga dalam hidupnya
karena ia dapat melanjutkan pelajarannya. Ketika terjadi pemberontakan umat
Hindu dan umat Islam terhadap penguasa Inggris pada tanggal 10 Mei 1857, Ahmad
Khan berada di Bignaur sebagai salah seorang pegawai peradilan. Ia membantu
melepaskan orang-orang Inggris yang teraniaya di Bignaur. Atas jasa-jasanya,
pemerintah Inggris menganugerahkan gelar Sir dan memberikan berbagai hadiah
kepadanya. Ahmad Khan menerima gelar tersebut, tetapi ia menolak hadiah-hadiah
itu, kecuali kesempatan untuk berkunjung ke Inggris pada tahun 1869. Kesempatan
tersebut dimanfaatkan olehnya untuk meneliti lebih jauh sistem pendidikan serta
menyaksikan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris.
Ahmad Khan pun menjelaskan kepada pemerintah Inggris bahwa dalam pemberontakan
di tahun 1857, umat Islam tidaklah memainkan peran utama. Hal itu dijelaskan
lewat buku yang berisikan catatan kronologis pemberotakan tersebut (Tarikhi
Sarkhasi Bijnaur/1858). Buku lainnya, berjudul Asbab Baghawat-i Hind (1858)
yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, The Causes of the Indian Revolt
(Sebab-sebab Revolusi India), juga menceritakan hal yang sama. Ahmad Khan
berhasil mendamaikan umat Islam dengan pemerintah Inggris. Bukunya antara lain
Risalah tentang Orang-orang Saleh (Risalat Khair Khawahan Musulman) dan Hukum
Memakan makanan Ahli Kitab (Ahkam Ta'am Ahl al-Kitab). Setelah berhasil
mendamaikan umat Islam dan pemerintah Inggris, Ahmad Khan mulai memunculkan ide-idenya
dalam rangka memajukan umat Islam.
Menurut Ahmad Khan, umat Islam terbelakang, bodoh, dan miskin, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana yang dimiliki oleh negara Eropa lainnya. la berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern dan teknologi adalah hasil pendayagunaan akal yang maksimal. Sejalan dengan itu, Al-Qur’an sangat mendorong umat Islam untuk mempergunakan akal dalam bidang-bidang yang sangat luas, walaupun jangkauan akal tersebut terbatas.
Cita cita Ahmad Khan untuk mendirikan perguruan tinggi akhirnya terwujud dengan diletakkannya batu pertama pembangunan gedung perguruan tinggi tersebut oleh Gubernur Jendral Lord Lotion pada tanggal 8 Januari 1877 di kota Aligarth. Perguruan tinggi tersebut diberi nama Muhammadan Anglo Oriental College, yang lebih dikenal dengan Aligarth College Masa-masa akhir hayatnya digunakan untuk mewujudkan Aligarth College yang didirikannya itu. Sayyid Ahmad Khan meninggal pada usia 81 tahun. Seluruh India berkabung, dan umat Islam kehilangan seorang tokoh besar yang selama hidupnya digunakan untuk memajukan bangsanya. Ahmad Khan telah tiada, namun sampai kini gagasan-gagasannya masih banyak diualas oleh akademisi dan para ilmuan.
Menurut Ahmad Khan, umat Islam terbelakang, bodoh, dan miskin, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana yang dimiliki oleh negara Eropa lainnya. la berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern dan teknologi adalah hasil pendayagunaan akal yang maksimal. Sejalan dengan itu, Al-Qur’an sangat mendorong umat Islam untuk mempergunakan akal dalam bidang-bidang yang sangat luas, walaupun jangkauan akal tersebut terbatas.
Cita cita Ahmad Khan untuk mendirikan perguruan tinggi akhirnya terwujud dengan diletakkannya batu pertama pembangunan gedung perguruan tinggi tersebut oleh Gubernur Jendral Lord Lotion pada tanggal 8 Januari 1877 di kota Aligarth. Perguruan tinggi tersebut diberi nama Muhammadan Anglo Oriental College, yang lebih dikenal dengan Aligarth College Masa-masa akhir hayatnya digunakan untuk mewujudkan Aligarth College yang didirikannya itu. Sayyid Ahmad Khan meninggal pada usia 81 tahun. Seluruh India berkabung, dan umat Islam kehilangan seorang tokoh besar yang selama hidupnya digunakan untuk memajukan bangsanya. Ahmad Khan telah tiada, namun sampai kini gagasan-gagasannya masih banyak diualas oleh akademisi dan para ilmuan.
B.
Kondisi
Pendidikan Islam Di India Abad XIX
Di
India pendidikan modern yang dibawa oleh Inggris pada awal abad ke-19 telah
menimbulkan dualisme sikap masyarakat
muslim. Yaitu sikap antagonis (menolak) dan sikap akomodatif (menerima). Ahmad
Khan berpandangan bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat dibarat
perlu dikuasai oleh umat Islam. Sebab ilmu pengetahuanlah yang akan mampu
menghidupkan kembali orientasi keduniaan umat yang telah hilang sejak zaman
pertengahan. Untuk mengusai pengetahuan dari barat tiada lain jalan yang
ditempuh adalah dengan mengakomodasi pikiran-pikiran modern termasuk pendidikan
yang dibawa oleh inggris.
C.
Pokok-pokok
pikiran Sayyid Ahmad Khan
sayyid Ahmad Khan memiliki ide-ide yang cemerlang untuk membangkitkan umat Islam India dari keterpurukan. Diantara ide-ide yang cemerlang itu adalah sebagai berikut:
sayyid Ahmad Khan memiliki ide-ide yang cemerlang untuk membangkitkan umat Islam India dari keterpurukan. Diantara ide-ide yang cemerlang itu adalah sebagai berikut:
1. Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat
diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa
terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak membawa kebaikan bagi umat
Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh
ketinggalan dari masyarakat Hindu India. Disamping itu dasar ketinggian dan
kekuatan barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan
memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris
bahwa dalam pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Atas
usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris Sayyid Ahmad Khan akhirnya
berhasil dalam merubah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Dan
sementara itu kepada umat Islam ia
anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap berteman dan
bersahabat dengan Inggris. Cita - citanya untuk menjalani hubungan baik antara
Inggris dan umat islam, agar umat islam dapat di tolong dari kemunduranya ,
dapat di wujudkan di masa hidupnya.
2. Sayyid
Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti
perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul
peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran
manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad
Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kapada wahyu, ia berpendapat
bahwa kekuatan dan kebebasan akal mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan
dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan.
Alam, berjalan dan beredar sesuai dengan hukum alam yang telah ditentukan
Tuhan. Segalanya dalam alam terjadi menurut hukum sebab akibat. Tetapi wujud
semuanya tergantung pada sebab pertama yaitu Allah SWT. Kalau ada sesuatu yang
putus hubungannya dengan sebab pertama, maka wujud sesuatu itu akan
lenyap.
3. Sayyid
Ahmad Khan menolak faham Taklid bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini.
Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist.
Pendapat ulama’ di masa lampau tidak mengikat bagi ummat Islam dan diantara
pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa
itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan
oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran
Islam dengan suasana masyarakat yang berubah itu. Dalam mengadakan ijtihad,
ijma’ dan qiyas baginya tidak merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat
absolute. Hadits juga tidak semuanya diterimanya karena ada hadits buat-buatan.
Hadits dapat ia terima sebagai sumber hanya setelah diadakan penelitian yang
seksama tentang keasliannya.
4. Yang
menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam Islam, menurut pendapatnya, adalah
sistem monogamy, dan bukan sistem poligami sebagaimana telah dijelaskan oleh
ulama’-ulama’ dizaman itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam
kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum
yang wajib dilaksanakan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan
dalam keadaan tertentu. Disamping hukum potong tangan terdapat hukum penjara
bagi pencuri. Perbudakan yang disebut dalam Al Qur’an hanyalah terbatas pada
hari-hari pertama dari perjuangan Islam. Sesudah jatuh dan menyerahnya kota
Makkah, perbudakan tidak dibolehkan lagi dalam Islam. Tujuan sebenarnya dari
do’a ialah merasakan kehadiran Tuhan, dengan lain kata do’a diperlukan untuk
urusan spiritual dan ketenteraman jiwa. Faham bahwa tujuan do’a adalah meminta
sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu, ia tolak. Kebanyakan
do’a yang demikian, ia menjelaskan tidak pernah dikabulkan Tuhan.
5. Dalam
ide politik, Sayyid Ahmad Khan, berpendapat bahwa ummat Islam merupakan satu
ummat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan ummat Hindu. Ummat Islam
harus mempunyai Negara tersendiri,. Bersatu dengan ummat Hindu dalam satu
Negara akan membuat minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam
mayoritas ummat Hindu yang lebih tinggi kemajuannya.
Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid
Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dimajukannya banyak
persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan
ini sama-sama memberi penghargaan tinggi kepada akal manusia, sama-sama
menganut faham Qadariyah, sama-sama percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan,
sama-sama menentang taklid, dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap
tertutup oleh ummat Islam pada umumnya diwaktu itu.
D.
Usaha-usaha
yang dicapai oleh Sir Sayyid Ahmad Khan
Sebagian
telah tersebut diatas, jalan bagi ummat Islam India untuk melepaskan diri dari
kemunduran dan selanjutnya mencapai kemajuan, ialah memperoleh ilmu pengetahuan
dan teknologi modern Barat. Agar dicapai sikap mental ummat yang kurang percaya
kepada kekuatan akal, kurang percaya pada kebebasan manusia dan kurang percaya
pada adanya hukum alam, berubah terlebih. Perubahan sikap mental itu ia
usahakan melalui tulisan-tulisan dalam bentuk buku dan artikel-artikel dalam
bentuk majalah Tahzib Al Akhlaq. Usaha melalui pendidikan juga ia tidak
lupakan, bahkan pada akhirnya kedalam lapangan inilah ia curahkan perhatian dan
pusatkan usahanya. Sir Ahmad Khan kemudian mendirikan lembaga pendidikan
pertama yaitu Sekolah Inggris di Mudarabad pada tahun 1861. Untuk menunjang
lembaga pendidikan tersebut, Sir Ahmad Khan pada tahun 1864 mendirikan The
Scientific Society (Translation Society) sebagai lembaga penerjemahan ilmu
pengetahuan modern ke dalam bahasa Urdu. Di tahun 1879 ia mendirikan sekolah
Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarth yang merupakan karyanya
yang bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan ummat Islam
India. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi juga bagi orang
Hindu, Parsi dan Kristen.
E.
Aligarth
College
Sir
Ahmad Khan banyak disebut sebagai seorang reformer (pembaharu) di India,
terutama pembaharuan pendidikan (educational reformer). Statemen ini tepat
untuk menggambarkan perjuangan Akhmad Khan. Ia menghabiskan seluruh tenaga dan
hampir separuh umurnya guna mengembangkan dunia pendidikan di India. Apa yang
dilakukannya dalam memperjuangkan kemajuan umat Islam melalui pendidikan
mengisyaratkan perilaku seorang pembaharu. Keseriusannya dalam mengembangkan
pendidikan di India nampak dari pengorbanannya yang besar, pada usai yang
hampir senja (52 tahun), Ahmad Khan masih menyempatkan diri pergi ke Inggris
untuk mempelajari sistem pendidikan modern. Bahkan untuk biaya studi itu ia
telah menggadaikan rumahnya dan menjual gedung perpustakaan pribadi beserta
seluruh isinya. Namun perjuangannya itu tidak sia-sia, pengorbanannya telah
menghasilkan sebuah perguran tinggi Islam di India dengan sistem pendidikan
modern, Aligarth College.
Aligharth
College adalah karya besar Akhmad Khan dalam bidang pendidikan. Aligarth
merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang dikembangkan olehnya dari hasil
studi panjangnya di Inggris. Sistem pendidikannya berbeda dengan sistem
pendidikan Islam yang ada pada waktu itu. Perbedaan tersebut nampak dalam hal
materi dan tujuan pendidikan.
Dari
segi materi Aligarth memasukkan pengetahuan umum (ilmu pengetahuan umum dan
tehnologi) dalam pembelajarannya. Dengan memberikan pelajaran umum ini Ahmad
Khan menginginkan hilangnya dikotomi ilmu yang ada pada benak dan pikiran
masyarakat Islam India. Terlihat dari penyusunan cabang ilmu pegetahuan yang
diajarkan di Aligarth. Dalam susunan itu ilmu-ilmu agama dijadikan sebagai
salah satu cabang ilmu pengetahuan, bukan menjadi cabang tersendiri yang
terpisah dari ilmu pengetahuan yang lain. Akhmad Khan tidak menginginkan adanya
keterpisahan ilmu pengetahuan dalam pandangan umat Islam India.
Dari
sudut tujuan, Aligarth College memiliki tujuan yang bebeda dengan lembaga
pendidikan Islam mainstrem. Ia memiliki tujuan membentuk ulama intelek, yaitu
orang yang memiliki keahlian dalam bidang pengetahuan agama dan juga mahir
dalam ilmu pengetahuan umum. Dengan demikian diharapkan lulusan Aligarth
College memiliki intelegensi yang tinggi dan adaptif dengan perkembangan zaman
dan peradaban modern dengan kepribadian muslim. Perbedaan dengan lembaga
pendidikan Islam mainstrem terlihat dari penambahan ilmu pengetahuan umum yang
pada era ini sama sekali tidak tersentuh oleh lembaga pendidikan Islam yang
lain.
Kiprah
perguruan tinggi inilah yang membuatnya dijuluki sebagai bapak pendidikan
modern India. Sejumlah tokoh penting pernah mempunyai sangkutan sejarah dengan
perguruan tinggi ini, Sebut misalnya tokoh pergerakan nomor satu India mahatma
Gandhi dan Ishwari Prasad. Mantan presiden India, Zakir Hussain dan presiden
Maldives, Abdul Ghayoom juga pernah tercatat sebagai siswa perguruan tinggi
ini. Perguruan tinggi ini memiliki 12 fakultas yang semuanya diunggulkan,yaitu
seni budaya, ilmu sosial, sains, Life Sciences, bisnis, teknik dan teknologi,
kedokteran, pengobatan tradisional, hukum, pertanian, manajemen, dan teologi.
Saat ini, mahasiswa di Aligarh datang dari seluruh dunia, terutama Asia Barat,
Asia Tenggara, dan Afrika.
F.
Munculnya
Gerakan Aligarth
Ide-ide
pembaharuan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan
selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan
gerakan Aligarh. Pusatnya adalah sekolah MAOC yang didirikan pemimpin
pembaharuan Islam India itu di Aligarh. Setelah ditingkatkan menjadi
universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh ditahun 1920, perguruan
tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India.
Gerakan Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya
pembaharuan dikalangan ummat Islam India. Gerakan inilah yang meningkatkan
ummat Islam India dari masyarakat yang bangkit menuju kemajuan. Diantara para
pemuka yang besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan ide-ide pembaharuan Sayyid
Ahmad Khan adalah: Altaf Husain Hali (1837-1914), Chiragh Ali, Salah Al Din
Khuda Bakhs, Maulvi Nazir Ahmad, Muhammad Sibli Nu’mani (1857-1914). Sayyid
Mahdi Ali, yang dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al Mulk (1837-1907), Viqar Al
Mulk (1841-1917).
G.
Konteks
Pembaharuan Pendidikan di Indonesia
Kemunduran
umat Islam sebagian besar dikarenakan tertinggalnya ia dalam ilmu pengetahuan
dan tehnologi, Menurut para pakar terdapat suatu korelasi pengusaan ilmu
pengetahuan dan tehnologi dengan kekuatan poltik dan ekonomi. Masyarakat Islam
selalu kalah dalam politik dan ekonomi diantaranya karena umat Islam tidak
dapat mengusai dan melakukan peneyebaran ilmu pengetahuan dan tehnoogi. Lebih
lanjut, didalam kehidupan politik dan ekonomi kita lihat adanya fase-fase
perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Fase-fase tersebut ialah fase perbudakan, feodaisme, industrialisasi, dan masa
depan ialah era ilmu pengetahuan. Era ilmu pengetahuan berarti semakin luas
penyebaran dan kontrol ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia. Hal ini
berarti suatu masyarakat atau bangsa yang tidak menguasai dan mengontrol ilmu
pengetahuan berarti akan kehilangan kekuatan politik dan ekonominya. Masyarakat
masa depan adalah masyrakat yang berkembang atas dasar penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Apabila
ilmu pengetahuan merupakan faktor yang sangat menentukan didalam kehidupan umat
manusia masa depan, maka ini artinya lembaga-lembaga pendidikan haruslah
menyesuaikan diri dengan tuntutan masa depan tersebut. Visi dan misi lembaga
pendidikan (islam) harus berubah sebagai tempat untuk mempersiapkan sumberdaya
manusia masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan mengembangkannya, serta
memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Kesadaran
sebagaimana diatas dalam kontek India telah melahirkan pembaharuan pendidikan
yang dipelopori oleh Ahmad Khan pada paruh akhir abad ke 19 dengan Aligarth
Collegenya. Ide pembaharuan pendidikan tersebut tersebar luas seantero dunia
muslim, termasuk Indonesia.
Maka
bermunculanlah moderenisasi pendidikan Islam di Indonesia dengan berbagai
bentuknya. Kemunculannya tersebut berkaitan erat dengan pertumbuhan gagasan
moderenisme Islam dikawasan Asia. Gagasan moderenisme Islam yang menemukan
momentumnya sejak awal abad 20, pada lapangan pendidikan direalisasikan dengan
pembentukan lembaga-lembaga pendidikan modern yang diadopsi dari sistem
pendidikan kolonial Belanda. Pemrakarsa pertama dalam hal ini adalah
organisasi-organisasi “Moderenis” Islam seperti Jami’at Al-Khoir, al-Irsyad,
Muhammadiyah dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sayyid
Ahmad Khan adalah seorang reformer abad ke-19 dalam pendidikan khususnya
pendidikan islam yang berasal dari India. Di India pendidikan modern yang
dibawa oleh Inggris pada awal abad ke-19 telah menimbulkan dualisme sikap masyarakat muslim. Yaitu sikap
antagonis (menolak) dan sikap akomodatif (menerima). Ahmad Khan berpandangan
bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat dibarat perlu dikuasai oleh
umat Islam. Sebab ilmu pengetahuanlah yang akan mampu menghidupkan kembali
orientasi keduniaan umat yang telah hilang sejak zaman pertengahan. Untuk
mengusai pengetahuan dari barat tiada lain jalan yang ditempuh adalah dengan
mengakomodasi pikiran-pikiran modern termasuk pendidikan yang dibawa oleh
inggris. Menurut Sayyid Ahmad Khan jalan bagi ummat Islam India untuk
melepaskan diri dari kemunduran dan selanjutnya mencapai kemajuan, ialah
memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern Barat.
Sayyid Ahmad Khan sebagai tokoh pembaharuan
Islam India memberi penghargaan tinggi pada akal manusia, ia menganut faham
Qodariyah, percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, menentang taqlid, dan
membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh ummat Islam pada umumnya di
waktu itu. Ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan
disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal
dengan gerakan Aligarh. Pusatnya adalah sekolah MAOC yang didirikan pemimpin
pembaharuan Islam India itu di Aligarh. Setelah ditingkatkan menjadi
universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh ditahun 1920, perguruan
tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India.
Karena usaha – usaha yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad Khan pendidikan Islam di India maupun Negara –nagara Islam yang lain menjadi lebih maju dan tidak terbelakang.
Karena usaha – usaha yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad Khan pendidikan Islam di India maupun Negara –nagara Islam yang lain menjadi lebih maju dan tidak terbelakang.
Saran nya apa
BalasHapus