Sabtu, 06 Mei 2017

Makalah Isu Lingkungan Lokal

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Tidak ada yang salah dengan manusia yang mencoba memanfaatkan alam untuk mendukung kehidupan mereka karena memang alam diciptakan untuk mendukung kehidupan manusia. Akan tetapi, pemanfaatan alam menjadi hal yang salah ketika pemanfaatan alam tidak diimbangi dengan pelestarian lingkungan terlebih dengan fakta bahwa perkembangan teknologi yang kian hari kian pesat dan menjadi tumpuan kehidupan bagi banyak manusia modern rupanya merupakan salah satu faktor yang menggerus alam dalam waktu yang tidak begitu lama.
Masalah lingkungan merupakan isu nyata yang sudah menjadi perbincangan ramai dalam Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup yang diadakan di Stockholm, Swedia 15 Juni 1972. Di tahun yang sama pada tanggal 15-18 Mei, Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran membahas isu mengenai masalah lingkungan hidup untuk pertama kalinya di Indonesia. Kenyataan mengenai laju pertumbuhan populasi penduduk yang kian tahun kian meningkat merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam masalah lingkungan.
Pertumbuhan penduduk membuat pembangunan dan industri semakin diperlukan sementara itu pembangunan dan industri juga memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan yang kemudian akan berimbas kepada manusia.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengaruh Manusia Dalam Lingkungannya ?
2.      Apa itu Isu Lingkungan Lokal ?
3.      Apa saja contoh dan dampak Isu Lingkungan Lokal ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Memahami pengaruh manusia dalam lingkungannya
2.      Memahami tentang Isu Lingkungan Lokal
3.      Memahami dampak yang disebabkan Isu Lingkungan Lokal





















BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengaruh Manusia Dalam Lingkungan
            Manusia dengan pengetahuannya  mampu mengubah keadaan lingkungan sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Pada zaman Neolitikum kira-kira 12.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita dari berburu kemudian memelihara hewan buruannya. Dari manusia pemburu berubah menjadi manusia pemelihara, dari manusia nomadis berubah menjadi manusia menetap. Mulailah berkembang cara bercocok tanam. Ekosistem sekarang ini dalah ekosistem baru yang diciptakan manusia, sesuai dengan kebutuhan manusia. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah lingkungan semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang awalnya tetap dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu hilang dan timbul kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia. (Maskoeri Jasin, 1988:132)
Berbagai kerusakan ditimbulkan manusia, sekarang ini banyak manusia yang menyadari pentingnya alam untuk kelangsungan hidup mereka. Perlahan manusia memperbaiki alam yang telah rusak dan mengurangi hal-hal yang merugikan alam. Manusia melakukan upaya penyelamatan hutan dan makhluk hidup lain yang menggantungkan kehidupannya pada alam. Namun, banyak pula manusia yang terus mencemari alam tanpa memikirkan resiko yang ditimbulkan ke depan. Mengembalikan keseimbangan alam merupakan pekerjaaan yang sulit dan selalu menginginkan terciptanya lingkungan hidup seperti yang diharapkan.

B.     Isu Lingkungan Lokal
Isu lingkungan lokal merupakan hal yang sangat mudah dilihat bahwa Indonesia masih mempunyai kesadaran yang rendah terhadap isu lingkungan terutama masyarakatnya yang kebanyakan masih terlalu terfokus pada usaha untuk bertahan hidup dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak secara ekonomi sehingga mereka melakukan segala upaya untuk mendapatkan uang lebih meskipun hal ini berarti mereka harus mengancam lingkungan dan alam. Kegiatan ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan kini masyarakat mulai merasakan imbas atas apa yang mereka lakukan terhadap alam. Berbagai macam isu lingkungan muncul di berbagai wilayah di Indonesia dan tentu saja banyak masyarakat yang merasakan derita baik secara langsung maupun tidak langsung atas kerusakan alam yang terjadi di wilayah mereka. Boleh saja kita tidak memberikan tanggapan serius terhadap isu lingkungan global seperti kerusakan lapisan ozon karena pada dasarnya daerah yang terimbas pertama kali bukan Indonesia melainkan kutub bumi meskipun kemudian tentu ada imbas besar yang akan dirasakan oleh rakyat Indonesia. Kini, banyak peristiwa yang membawa derita yang harus dialami oleh banyak orang di daerah asalnya masing-masing dan hal ini terjadi bukan tanpa sebab yang berkaitan dengan ulah manusia terhadap alam.
            Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan itu tidak ada atau menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya es yang ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa kehancurannya saja.
            Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer belakangan ini.
C.    Contoh dan Dampak Isu Lingkungan Lokal
Ada banyak berita mengenai dampak lingkungan yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia salah satunya Aceh yang terkenal dengan potensi alam dan potensi wisata alam kini keadaanya sangat memprihatinkan. Kerusakan lingkungan sudah menjadi pemandangan biasa dimana-mana. Eksploitasi tambang yang berlebihan, perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, kebakaran hutan serta sejumlah isu lingkungan lainnya dituding menjadi penyebab utama. Aceh sendiri tidak lepas dari akibat kerusakan lingkungan tersebut. Berikut beberapa isu lingkungan di Aceh :
1.      Kebakaran Hutan Di Aceh
Proses kebakaran hutan dapat terjadi karena proses alami atau ulah dari manusia. Kebakaran oleh ulah manusia biasanya bermaksud untuk pembukaan lahan untuk perkebunan. Manusia dengan sengaja membakar hutan supaya memudahkan proses clearing.
Di Aceh selama beberapa tahun terakhir sering terjadi kebakaran hutan, Lokasi kebakaran lahan berada di Aceh. Kejadian ini berlangsung sporadis dan dalam waktu yang hampir bersamaan di setiap lokasi. Pemicu kebakaran diduga berasal dari aktivitas pembukaan lahan pertanian.
Dampak kebakaran hutan.
Dampak dari pembakaran hutan adalah memberikan kontribusi CO2 diudara, hilangnya keanekaragaman hayati, ekonomi hasil hutan dan Asap. Asap yang dihasilkan dapat menganggu kesehatan (system pernafasan) dan dapat mengganggu aktivitas lainnya seperti penerbangan. Dampak asap ini tidak hanya bersifat local akan tetapi bisa berdampak pada Negara lain.Contoh kebakaran hutan asapnya sampai ke Negara singapura dan Malaysia.
2.      Sampah di Perkotaan dan di Pemukiman.
Sampah - sampah di perkotaan dan di pemukiman sudah sangat meresahkan warga dikarenakan tempat pembuangannya yang belum juga tertata rapi dengan bau yang sangat menggangu serta masih kurang nya kesadaran masyrakat akan sampah, membuat masyrakat membuang sampah tidak pada tempatnya, contoh : sungai, parit, tepi jalan.
Dampak negatif sampah :
-          Dampak terhadap Kesehatan.
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum, penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
-          Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampaknya akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
3.      Kekeringan
Kekeringan adalah kekurang air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat menyediakan kebutuhan air bagi manusia atau mahluk hidup lainnya.
Dampak kekeringan :
Dampak dari kekeringan bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan, keterancaman pangan.
4.      Banjir
Di Aceh tiga kabupaten yaitu aceh selatan, aceh singkil dan simeuleu terendam banjir sedalam 2,5 m. penyebab banjir didaerah tersebut karena adanya tekanan rendah disebelah barat laut Aceh disekitar Samudera Hindia yang menyebabkan cuaca ekstrim di Aceh. Banjir merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpaan air hujan karena proses infiltrasi mengalmi penurunan.Hal tersebut terjadi karena daerah hijau sebagai penahan larian air hujan berkurang.


Dampak banjir :
Dampak dari banjir menyebabkan gangguan kesehatan, keterkendalaan kegiatan aktivitas manusia, penurunan produktivitas. Dampak banjir merupakan dampak lokal, akan tetapi bisa juga menjadi skala nasional seperti banjir dijakarta yang menghambat aktivitas nasional karena bandara terisolasi.
5.      Longsor
Longsor yang terjadi di Aceh tengah menyebabkan terkurungnya ribuan warga kecamatan Rusip Antara.  Longsor adalah terkikisnya daratan oleh air lairan (run off) karena penahan air larian (daerah hijau) berkurang.

Dampak longsor :
Dampak dari longsor bisa berdampak terjadinya kerusakan tempat tinggal atau tempat kegiatan aktivitas seperti ladang, sawah dan juga bisa menganggu transportasi kegiatan perekonomian. Dampaknya sangat dirasakan bagi daerah lokal dan ada kemungkinan berantai kedaerah lainnya.
6.      Erosi Pantai ( Abrasi ).
Erosi di kawasan Ujong Mangki Kecamatan Bakongan dan Ujong Pulo Rayek kecamatan Bakongan Timur Kabupaten aceh selatan kian meluas, bahkan rumah warga yang berada di pesisir pantai mulai terkikis ombak.
Erosi adalah terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Erosi ini terjadi karena kurangnya vegetasi seperti bakau yang biasa tumbuh di bibir pantai. Kurangnya vegetasi ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kelestarian pantai.
Dampak erosi pantai :
Dampak erosi pantai berdampak lokal dan dapat menyebabkan kerusakan tempat tinggal, dan hilang potensi ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
7.      Intrusi Air Laut
Masuknya air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah akibat air tanah telah banyak digunakan oleh manusia dan tidak adanya tahanan intrusi air laut seperti kawasan mangrove.
Dampak intrusi air laut :
Dampak dari intrusi air laut adalah terjadinya kekurangan stok air tawar, menganggu kesehatan.
8.      Penebangan Liar Hutan
Jika hutan itu terbuka dalam hamparan yang luas seperti pasca eksploitasi HPH,  penebangan hutan, dengan kerapatan dibawah 50 persen maka akan mudah terbakar. Akibatnya dedaunan busuk dengan humus yang tebal, ranting dan dahan yang kering lekang sehingga dengan pemantik kecil saja kawasan ini segera terbakar. Keadaan hutan yang sudah longgar, pohon-pohon besar dan kecil ditebang dan tidak ada regenerasi berdampak pada perairan terutama anak-anak sungai akan banjir besar dan menerima debit air yang melebihi kapasitas normal. Sungai yang dahulunya tidak bisa meluap dan begitu bersahabat sekarang sebaliknya, seperti banjir di beberapa  Kabupaten di Aceh. Sedangkan di musim kemarau persediaan air sangat kurang.
Fakta di atas menunjukkan bahwa kawasan hutan bukit dan pegunungan sudah kurang fungsinya sebagai penahan air agar secara perlahan-lahan mengalir ke muara sungai. Yang kita khawatirkan jika musim hujan tiba dengan curah hujan sangat tinggi yang merupakan siklus sepuluh tahunan maka air akan tertumpuk di daerah muara.
9.      Pengerukan Tanah Berlebihan
Mengeruk tanah di perbukitan dan tidak menanam pohon sebagai penyangga tanah tersebut tentu merupakan bencana yang bisa membahayakan masyarakat yang bermukim di bawah bukit tersebut, di kota Singkawang sendiri telah banyak di temukan bukit-bukit yang tanahnya sudah siap mendatangkan bencana seperti bencana banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin puting beliung, dan lain sebagainya. Bencana itu disebabkan oleh keserakahan dan kepongahan manusia yang senantiasa mengeksploitasi hutan demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Anehnya justru mereka tidak pernah peduli atas akibat yang ditimbulkannya.
10.  Pencemaran Limbah Industry.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah : masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran terjadi akibat pengelolaan limbah industri yang tidak baik dan benar. Dampak dari pencemaran adalah gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan dan dapat menurunkan produktivitas.
Dampak pencemaran limbah industry :
Dampak dari pencemaran limbah industri ini bisa berskala nasional karena pencemaran bisa terjadi dibadan perairan mengalir atau udara sehingga dampaknya tidak hanya satu daerah tetapi dirasakan oleh daerah lain.

  1. Study Kasus
Nasib si Pasar Terapung
Banjarmasin yang merupakan ibukota dari Kalimantan Selatan  yang memiliki julukan sebagai kota seribu sungai. Letak Banjarmasin yang dilewati oleh sungai barito dan Martapura, menjadikan sungai sebagai pusat dari aktivitas warga. Karena sejak dahulu, sungai menjadi sumber kehidupan masyarakat Banjarmasin, menjadikan kegiatan pasar pun dilakukan secara terapung di sungai.
Kegiatan pasar yang dilakukan terapung di  sungai tersebut dijadikan suatu ikon yang khas dari daerah Banjarmasin, yang mana kegiatan tersebut biasa dikenal dengan pasar terapung. Pasar terapung yang terkenal di daerah Kalimantan Selatan, yakni pasar terapung kuin di Banjarmasin.
Pasar Terapung Muara Kuin adalah Pasar Tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah shalat Subuh sampai selepas pukul 07:00 pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah suasana berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka.
Selain itu selama ini pasar terapung merupakan ikon khas Banjarmasin yang dapat menarik banyak perhatian  pengunjung karena keunikan dan latar belakang budayanya yang masih tinggi. Pengunjungnya pun bukan hanya dari dearah Banjarmasin, melainkan dari banyak kota – kota besar lainnya bahkan pengunjung dari luar negeri (contohnya turis dari Australia). dapat dikatakan bahwa pasar terapung ini merupakan salah satu aset wisata daaerah yang khas dan unik yang masih kental mengandung unsur – unsur kebudayaan rakyat di daerahnya. Selain sebagai budaya, pasar terapung nyatanya juga berpengaruh terhadap perekonomian banua (istilah untuk Wilayah Kalimantan Selatan). Tercatat bahwa pada tahun 2008 Kalimantan Selatan mampu menarik 24 ribu wisatawan asing.
Pasar terapung yang dulu memikat banyak orang kini mulai terpinggirkan oleh perkembangan zaman. Dan kini nasib dari si pasar terapung mulai memprihatinkan dan tak diperdulikan. Pasar terapung yang indah kini memiliki beberapa masalah yang mungkin dampaknya akan membuat kepunahan pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini.
Kepunahan dari pasar tradisional di daerah “seribu sungai” ini dikarenakan:
1.      Pertumbuhan jalan darat di sekitar lokasi pasar itu sudah begitu pesat, sehingga warga yang tadinya berbelanja hanya melalui sungai kini bisa melalui darat. Yang mengakibatkan warga akan lebih memilih untuk berbelanja di darat karena aksesnya yang lebih mudah.
2.      Air sungai yang luar biasa pekat dan kotor yang  diakibatkan dari banyaknya tumpukan sampah dan tumbuhan enceng gondok yang dapat mempersulit para pedagang di dipasar terapung tersebut.
3.      Menyempitnya area sungai yang diakibatkan dari banyaknya pinggiran sungai yang dijadikan sebagai pemukiman – pemukiman warga dan terjadinya pendangkalan sungai akibat banyaknya sampah – sampah yang ada di aliran sungai tersebut.
4.      Angkutan kapal penyeberangan persis membelah kawasan Pasar terapung. Mengakibatkan Jika kapal tersebut melewati kawasan para pedagang khususnya ibu-ibu pengayuh sampan menjadi takut oleng sampannya, sehingga enggan melakukan aktivitas jual beli di kawasan itu.

Adapun solusi yang dapat dilakukan dari berbagai permasalahan di atas yaitu sebagai berikut :
1.      Seharusnya pemerintah lebih memikirkan pembangunan infrastruktur yang lebih baik, dimana adanya keseimbangan antara pembangunan di daerah daratan maupun di daerah sungai. Sehingga dapat memberikan keuntungan baik bagi pelaku ekonomi di daerah darat maupun di daerah sungai.
2.      Menumbuhkan kesadaran warga untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sungai, dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kelestarian dari sungai. Sehingga sungai masih dapat dijadikan sebagai salah satu tempat untuk melakukan aktivitas sehari – hari.
3.      Pemerintah dan aparat yang berwenang seharusnya dapat mengawasi bahkan menbuat peraturan agar tidak semakin banyak berdirinya pemukiman warga yang ada di pinggiran sungai yang akan mengakibatkan sebagian lahan dari bantaran sungai beralih fungsi menjadi pemukiman warga. Sehingga sungai masih memiliki luas asalnya tanpa adanya penyempitan luas sungai, yang juga akan mempermudah aktivitas yang dilakukan di atas aliran sungai tersebut.
4.      Mengatur jalur angkutan kapal penyeberangan, sehingga tidak akan menggangu aktifitas perdagangan di pasar terapung tersebut. Dan para pedagang pun merasa lebih aman apabila adanya pembagian jalur –jalur lalu lintas di aliran sungai.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dari wacana di atas dapat disimpulkan penyebab dan dampak lingkungan lokal :
-    Kekeringan : kekeringan adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak: menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman pangan.
-    Banjir : merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpahan air hujan karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi karena hijauan penahan air larian berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan, penyakit kulit, aktivitas manusia terhambat, penurunan produktifitas pangan, dll.
-    Longsor : adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air berkurang. Dampaknya : terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu perekonomian dan kegiatan transportasi
-    Erosi pantai : terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dampak : menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
-    Instrusi Air Laut : air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove. Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

basahona sumanto, 2010. 10 isu lingkungan. http://sumantobasahona.blogspot.com/2010/12/10-isu-lingkungan.html diakses 16 Desember 2015
http://humairahworld.wordpress.com/2011/02/12/isu-lingkungan/, diakses 16 Desember 2015
kamil ridwan, 2012. Isu lingkungan lokal. http://jujubandung.wordpress.com/2012/10/18/isu-lingkungan-lokal/ diakses 16 Desember 2015
Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.

TIM IAD MKU UMS, TIM MUP.2008. Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta: Muhammadiyah University Press

1 komentar:

Makalah